Sukses

Kendaraan Khusus Difabel Persembahan AHM

Honda Spacy FI ditambahkan boks serbaguna pada sebelah kiri dengan seperangkat kursi roda yang dapat mengangkut 1 penumpang difabel.

Liputan6.com, Yogyakarta - Dalam upayanya memberi perhatian terhadap dunia pendidikan, PT Astra Honda Motor (AHM) mengembangkan layanan mobilitas untuk mahasiswa difabel. Kerja sama ini dilakukan PT AHM bersama Pusat Layanan Difabel Universitas Islam Negeri (PLD-UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Melalui keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, PT AHM mendonasikan Honda Spacy FI yang telah didesain khusus untuk memberi kemudahan akses bagi penumpang difabel. Di sisi sebelah kiri, ditambahkan boks serbaguna dengan seperangkat kursi roda yang dapat mengangkut 1 penumpang difabel, dengan akses pintu yang memudahkan difabel naik turun, namun tetap aman dan nyaman saat motor dijalankan.

"Kami terpanggil untuk dapat melakukan hal yang sama sesuai kemampuan kami. Kami harapkan donasi Honda Spacy FI berdesain khusus ini dapat meningkatkan layanan mobilitas bagi para mahasiswa difabel yang punya passion tinggi dalam study,”ujar Ahmad Muhibbuddin, Deputy Head of Corporate Communication AHM.

Namun begitu, unit modifikasi ini juga tetap mempertahankan fitur-fitur utama yang melekat pada model skutik Honda ini, termasuk kunci berpengaman magnetic (magnetic secure key shutter), side stand switch (standar samping otomatis), dan brake lock, yang berfungsi untuk mencegah motor loncat saat dinyalakan.

"Di Indonesia, terutama Yogyakarta, sarana pendukung mobilitas untuk difabel masih sangat minim. Sementara di sisi lain, mahasiswa difabel membutuhkan layanan mobilitas yang layak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan akademik, apalagi jika diselenggarakan di luar kampus," ujar Kepala Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Arif Maftuhin.

Sejak berdiri pada 2 Mei 2007, (PLD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah mengembangkan beragam layanan, antara lain pendampingan kuliah dan ujian, penyediaan komputer berpiranti screen reader Jaws, digitalisasi materi kuliah, pendampingan ujian, tes berbasis Braille, capasity building, pelatihan pengajaran inklusif untuk para dosen, pelatihan bahasa isyarat, penelitian dalam disability studies, dan penerbitan buku dan jurnal ilmiah.

"Keterbatasan fisik tidak seharusnya mengurangi hak setiap orang untuk menimba pengetahuan dan belajar secara formal di perguruan tinggi. Oleh arena itu, kami mengapresiasi komitmen dan ketulusan jajaran dosen dan mahasiswa yang aktif menjadi relawan membantu memberikan kemudahan bagi mahasiswa difabel," tandas Muhibbuddin.

(ysp/sts)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.