Sukses

Terios 7 Wonders Eksplorasi Keindahan Alam Borneo

Perjalanan panjang selama 11 hari menyusuri Kalimantan bagian timur tentu menjadi pengalaman yang tak ternilai harganya.

Liputan6.com, Jakarta - Bel pengumuman bandara berbunyi, suasana yang tadinya riuh dengan obrolan dan canda seketika diam. Setelah dua kali pengumuman delay, semua menyimak dengan penuh harap, semoga ada berita baik yang keluar dari pengeras suara. Tapi nyatanya tidak, penerbangan Jakarta – Palangkaraya yang sudah dijadwalkan terbang pukul 14.55 WIB malah di-cancel karena alasan kabut asap yang makin pekat akibat kebakaran hutan.

Tim mencari cara agar perjalanan tetap sesuai dengan rencana, mengingat segala hal telah dipersiapkan sesuai jadwal. Akhirnya rute Jakarta – Palangkaraya diubah menjadi Jakarta – Banjarmasin, kemudian dari Banjarmasin tim bergegas menuju Palangkaraya menggunakan jalan darat selama 3,5 jam perjalanan. Lewat tengah malam, tim baru sampai di penginapan. Peluh dan lelah tergambar di wajah-wajah peserta Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure, sungguh ini menjadi awal petualangan yang dramatis.

"I hope Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure will be a happy trip and ended successfully," begitu kata Aiko Fukuda, Executive Coordinator Domestic Marketing Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM), saat membuka secara resmi penjelajahan tim Terios 7 Wonders di tanah Borneo yang sedang dikepung asap. Diakhiri dengan tarian tradisional selamat datang dari tiga orang gadis cantik kalimantan, pembukaan secara resmi berlangsung singkat namun meriah.



Tujuh new Daihatsu Terios langsung melesat saat chequered flag dikibarkan Aiko Fukuda bersama jajaran dealer Daihatsu Tri Mandiri Palangkaraya. Rute pertama adalah dengan mengitari kota Palangkaraya yang megah. Jalan yang lebar, tata kota yang dibuat rapi, dan lalu-lintas yang tidak terlalu padat menjadi gambaran awal bagi kota yang sempat digadang-gadang pengganti Ibu Kota Jakarta di zaman Sukarno.

Perjalanan awal dimulai, menyusuri bagian timur Pulau Kalimantan sejauh sekitar 170 km, tim Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure akan menjamahi Taman Nasional Sebangau di Keruing, Kalimantan Timur. Kepulan asap tebal akibat kebakaran hutan dan jalan yang tidak terlalu bagus menjadi tantatang pertama yang harus dilalui tim. Bahkan saat memasuki bagian akhir perjalan di etape pertama, tepatnya saat memasuki Desa Bahun Bangu, trek yang dilalui berubah total menjadi jalan yang dipenuhi debu akibat kemarau yang berkepanjangan.



* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Next

Dari Desa Bahun Bangu, perjalanan tim Terios 7 Wonders dilanjutkan dengan menggunakan boat menyusuri Sungai Katingan selama 30 menit. Perjalanan dengan perahu sebenarnya bisa dilanjutkan untuk sampai ke Keruing, namun karena kemarau panjang, yang mengakibatkan sungai Punggu Alas kering, perjalanan terpaksa dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hutan gambut yang penuh spesies ular sejauh 3 km selama 4 jam.



Hari mulai gelap namun tim jelajah Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure belum juga sampai di Visitor Center, Desa Keruing, Taman Nasional Sebangau. Dengan perasaan cemas bercampur lelah, apalagi hanya dilengkapi penerangan seadanya, tim dipaksa terus berjalan menyusuri lahan gambut. Ranting pohon yang tajam, dan tanah gambut yang kerap amblas saat dipijak menjadi tantangan yang harus dihadapi tim.

Sekitar pukul 20.00 WITA, tim Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure baru sampai di Visitor Center Desa Keruing, Taman Nasional Sebangau. Teh hangat dan buah semangka menyambut kami. Sambil merebahkan kaki dan mengganti baju yang telah basah kuyup karena keringat, tim beristirahat menghapus peluh. “Ini kok air tehnya gak berasa teh?” tanya seorang Sefin, seorang blogger perempuan yang ikut dalam penjelajahan Terios 7 Wonders. Usut punya usut, ternyata itu bukan air teh, melainkan air biasa yang mengandung asam sehingga berwarna kemerahan.

"Air di sini memang begitu warnanya, tapi itu aman untuk dikonsumsi,” ujar Heri, seorang bapak yang telah lama bekerja sebagai ranger Taman Nasional Sebangau.



Keesokan harinya tim Terios 7 Wonders diajak menjelajahi Taman Nasional Sebangau untuk menemukan habitat Orang Utan Kalimantan. Menyusuri trek metarius lahan gambut, tim dengan susah payah akhirnya menemukan habitat Orangutan. Lensa kamera menjadi alat yang paling dicari saat itu, mengingat kawasan Keruing dipenuhi pohon Saga Guling yang memiliki tinggi mencapai 20 meter, dan Orangutan kerap berkumpul di puncaknya.



Data Taman Nasional Sebangau menunjukkan, di Desa Keruing terdapat 30 Orangutan berjenis Pongopicmels, yang keberadaannya masih terancam oleh predator bernama manusia. Heri menuturkan, berbagai ancaman yang kerap mengintai keberadaan Orangutan Kalimantan adalah kebakaran hutan dan penebangan pohon secara ilegal.

Keluar dari Taman Nasional Sebangau, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju kawasan pegunungan Meratus, Kandangan, yang berjarak 202 km dari Kota Banjarmasin. Trek yang dilalui tim masih sama seperti di wonders pertama, masih dalam kepungan asap tebal dan jalan yang rusak, namun kali ini ditambah dengan jalan sempit dan berliku.



Perjuangan tim Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure selama lima jam perjalanan tanpa henti akhirnya bermuara di Pegunungan Meratus untuk menyaksikan anggrek liar dari dekat. Namun sayang, belum jauh tim berpetualangan hari sudah mulai gelap. Dengan sangat terpaksa tim harus terus bergerak untuk mengejar target waktu. Beruntung di tengah perjalanan, tim Terios 7 Wonders sempat singgah di rumah penduduk yang memiliki penangkaran anggrek pribadi. Rasa penasaran akan anggrek liar akhirnya terjawab, di kediaman Deddy, tim berhasil melihat beragam jenis anggrek lengkap dengan pengetahuan tentang tata cara merawatnya.

3 dari 5 halaman

Next

Keesokan harinya, tim berpacu lagi menggunakan new Daihatsu Terios 4 Adventure, kali ini menyusuri jarak 202 km, bertolak dari Banjarmasin ke Kandangan dan berakhir di Amuntai. Setelah anggrek, target berikutnya adalah Bekantan. Monyet berekor panjang dengan bulu berwarna kemerahan ini banyak dijumpai di Pulau Kaget. Pulau Kaget merupakan pulau tak berpenghuni yang dipenuhi tumbuhan mangrove di bantaran Sungai Barito.



Untuk mencapai pulau tersebut, tim jelajah Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure singgah di sebuah desa bernama Aluh-aluh. Di desa yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari mencari ikan itu, tim menggunakan perahu ketek bertolak menuju Pulau Kaget. Dari Dermaga Aluh-aluh menuju Pulau Kaget menghabiskan 20 menit perjalanan menyusuri Sungai Barito.

Bekantan di Pulau kaget membuat tim Terios 7 Wonders frustasi, pasalnya hewan unik ini susah sekali ditemui. Bahkan untuk bisa mengambil gambar Bekantan di Pulau Kaget, beberapa orang dari kami rela bertempur dengan lumpur dan tajamnya batang pohon bakau. Hasilnya, tetap saja, Bekantan sulit sekali ditemui.



Penjelajahan Borneo di tengah kepungan asap tebal akibat kebakaran hutan tak hanya sampai di situ. Pagi sekali dari istirahat yang sebentar, tim Terios 7 Wonders harus bergegas menuju Dermaga Danau Sungai Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan untuk melihat sekawanan kerbau rawa. Menyusuri sungai sejauh 30 km menggunakan boat atau menghabiskan waktu sekira 1,5 jam, perjalanan kali ini menjadi sangat dramatis lantaran dikepung asap tebal.



“Ini kalau tak ada kabut asap, pemandangannya bagus, ini jadi flat, hijau tumbuhannya sama sekali gak keliatan,” ujar Barry Kusuma, salah seorang blogger yang pernah berkunjung ke Amuntai sebelumnya.



Kerbau-kerbau rawa tiap pagi dikeluarkan dari kandang yang terbuat dari Pohon Ulin  yang kuat. Pemandangan ini menjadi objek wisata tersendiri di Amuntai, mengingat kerbau yang dilepas untuk mencari rumput di rawa sangat banyak. Kerbau-kerbau tersebut akan dikembalikan ke kandang saat hari mulai gelap.

4 dari 5 halaman

Next

Dari Amuntai, tim jelajah Terios 7 Wonders Borneo Wild Adventure bergerak kembali ke arah timur menuju Balikpapan. Di kota ini giliran markas buaya di Teritip yang akan disambangi tim Terios 7 Wonders. Dari pusat Kota Balikpapan menuju Desa Teritip hanya menghabiskan waktu 30 menit perjalanan, atau menempuh jarak sekitar 20 km.

Di markas buaya Teritip, tim terios 7 Wonders tak hanya melihat-lihat penangkaran buaya, tetapi juga diberi edukasi tentang merawat buaya di penangkaran, selain juga mengapa buaya perlu dilestarikan keberadaannya. Penangkaran buaya Teritip memiliki 3 jenis buaya, yaitu buaya muara, buaya air tawar, dan buaya supit, salah satu jenis buaya langka di dunia.



"Proses penangkarannya itu dimulai dari pembibitan, pengkarantinaan, dan pemisahan setelah berumur 12 tahun. Pemisahan ini dilakukan agar buaya tidak berkelahi, dan di usia ini buaya sudah diitung induk, dan perlu dibuat kandang baru,” ungkap Januari, salah seorang petugas penangkaran buaya Teritip.

Selain kulit dan dagingnya, ternyata lemak dan kelamin buaya bisa dimanfaatkan untuk dibuat ramuan tradisional. Kelamin buaya betina bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan stamina pria, sedangkan lemak buaya bisa diramu menjadi minyak sangkur yang bisa digunakan sebagai obat bagi berbagai penyakit kulit.



Setelah sowan ke markas buaya di Teritip, perjalanan dilanjutkan menuju Sangatta untuk diteruskan menyusuri arah timur Kalimantan menuju Berau. Tim Terios 7 Wonders kemudian berhenti di Sangkima, untuk singgah sejenak melihat Pohon Ulin  terbesar di dunia yang menjadi bagian dari Taman Nasional Kutai.



Berjalan kaki sejauh 1 km, tim akhirnya sampai di Pohon Ulin  yang diklaim sebagai Pohon Ulin terbesar di dunia. Diameter batang Pohon Ulin  tersebut setara dengan 8 pelukan orang dewasa.



Bagi masyarakat Kalimantan, Pohon Ulin  bukan hanya sekadar tumbuhan, pohon ini telah lama dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rumah. Struktur batangnya yang kuat menjadi pertimbangan mengapa banyak rumah di kalimantan terbuat dari Pohon Ulin . Selain Pohon Ulin , sebenarnya banyak yang bisa ditemukan di Taman Nasional Kutai, hanya saja waktu sudah keburu gelap, dan tim harus sudah sampai di Pelabuhan Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur, sebelum tengah malam.

5 dari 5 halaman

Next

Rute Sangatta – Berau yang merupakan trek terpanjang selama penjelajahan Terios 7 Wonders di Tanah Borneo menjadi rute terakhir. Namun demikian, bukan berarti berakhir pula penjelajahan tim Terios 7 Wonders. Dari Pelabuhan Tanjung Redeb, Berau, perjalanan tim Terios 7 Wonders dilanjutkan dengan menggunakan boat menuju Pulau Maratua. Sempat dihadang gelombang air laut yang besar, tim akhirnya sampai di Paradise Resort Maratua, setelah menempuh perjalanan laut sekitar tiga jam.



Di Kepuluan Derawan, Berau, Kalimantan Timur, tim Terios 7 Wonders melanjutkan penjelajahannya singgah ke berbagai pulau eksotik, seperti Pulau Sangalaki melihat penangkaran penyu, dan ke Pulau Kakaban menyaksikan keindahan danaunya yang dipenuhi ubur-ubur.



Perjalanan panjang selama 11 hari menyusuri Kalimantan bagian timur tentu menjadi pengalaman yang tak ternilai harganya. Di tengah kepungan asap, ditambah  jalan yang berliku dan rusak, benar-benar menjadi ujian ketangguhan mobil new Daihtasu Terios 7 Wonders. Target jarak 2.058,6 km telah dipenuhi, berbagai cerita telah ditorehkan, menjadi kenangan yang tak terlupakan.  

(ibo/gst)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.