Sukses

Tren Downsizing, Toyota Pilih Turbocharger daripada Supercharger

Tren dunia otomotif melakukan downsizing dengan cara memperkecil kapasitas mesin. Tenaga didongkrak dengan turbocharger.

Liputan6.com, Jakarta - Toyota salah satu produsen yang melakukan downsizing pada mesin untuk memperoleh efisiensi konsumsi bahan bakar yanglebih baik. Misal saat Camry yang semula bermesin 3,5 liter diganti dengan mesin 2,5 liter. Dan terakhir pada produk terbaru yang hadir di Indonesia, all new Fortuner. SUV ini kini pakai Diesel 2,4 liter dari semula 2,5 liter.

Penurunan kapasitas mesin itu berhasil menurunkan konsumsi BBM. Namun menjanjikan produksi tenaga yang lebih baik, harus ada alat tambahan yang dipasang. Alat tambahan itu bisa motor listrik seperti pada mobil hybrid ataupun turbocharger. Yang popular sekarang memakai turbocharger. Tidak heran bila tenaga atau torsi yang didapat bisa menyaingi mobil dengan kapasitas besar.

"Supercharger juga bisa dijadikan alat pemasok udara ke ruang bakar," ujar Dadi Hendriadi GM Technical Service Toyota-Astra Motor. Alat ini, kata dia, mendongkrak torsi di rpm rendah. Sayangnya, konstruksi yang relatif lebih kompleks dari turbocharger membuatnya tidak terlalu popular.

Menurut dia, selain kompleksitas desain, supercharger juga lebih mahal dalam hal biaya perawatan. "Karena harus pakai oli khusus bukan sekadar oli mesin," tambahnya. Praktis, sebut Dadi, utilisasi turbocharger lebih menguntungkan.

Di Indonesia, tren downsizing sudah mulai beberapa tahun lalu. Sebut saja mesin EcoBoost Ford Fiesta yang berkapasitas 1 liter dengan dipersenjatai turbocharger. Honda juga digosipkan bakal pakai mesin 1 liter berturbocharger untuk Freed, ataupun Civic 1,5 liter lengkap dengan turbocharger.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.