Sukses

Performa Kurang Optimal, Ini Ragam Kendala Teknis di MotoGP 2016

Berikut adalah beberapa kendala teknis di ajang balap MotoGP.

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi pembalap tentu perlu keahlian. Semakin tinggi kastanya, dapat dipastikan keahlian pembalap itu semakin tinggi. Apalagi, jika pembalap itu bertarung di ajang balap sekelas MotoGP.

Meski demikian, bukan berarti pembalap MotoGP tak pernah melakukan kesalahan. Tabrakan, tergelincir, hingga terjatuh, adalah bukti bahwa mereka juga terkadang kehilangan fokus sehingga salah mengkalkulasi langkah.

Mengenai hal ini, pembalap tim Repsol Honda, Marc Marquez, punya pendapat. Menurutnya, banyak pembalap yang kerap melakukan kesalahan tidak lain karena besarnya tekanan yang mereka rasakan.

Ia mencontohkan, saat ada satu pembalap yang mampu "berlari" kencang, secara langsung memberikan efek kepada pembalap lain. "Hasilnya, tekanan itu menambah besar kemungkinan para pembalap lain membuat kesalahan," ujarnya.

Sementara menurut Valentino Rossi, pembalap Movistar Yamaha, banyaknya pembalap yang melakukan kesalahan pada musim ini lebih disebabkan perubahan ban dan cuaca yang tidak menentu di tiap serinya.

Sebagaimana diketahui, tahun lalu MotoGP masih menggunakan ban Bridgestone, sementara tahun ini beralih ke Michelin. Menurut The Doctor, situasi di musim 2016 lebih sulit bagi para pembalap dibanding tahun lalu. Ban baru, ujar Rossi, bahkan membuat pembalap akan lebih banyak melakukan kesalahan.

Selain kesalahan pembalap, ada pula kesalahan teknis yang terjadi. Meski telah dilengkapi dengan teknologi yang paling mumpuni sekalipun, kesalahan teknis bukan tak akan terjadi. Yang paling diingat tentu motor Yamaha yang berasap.

Selain kesalahan teknis, ada pula kelemahan teknis. Ini biasanya dikeluhkan pembalap kepada timnya, meski tak jarang pula pembalap itu mengabarkannya ke publik. Dalam hal ini, umumnya tiap tim memang punya kelemahan masing-masing.

Apa saja kesalahan dan kelemahan teknis itu? Berikut rangkumannya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Next

Motor berasap

Salah satu kasus yang paling mencolok dan diingat publik adalah motor Rossi yang berasap di GP Italia, Mei lalu. Setelah kasus itu, penyelidik internal Yamaha bergerak cepat dengan langsung melakukan investigasi.

Setelah proses penyelidikan yang memakan waktu beberapa hari, penyelidik menyimpulkan bahwa perangkat elektronik, terutama rev limiter yang bertugas membatasi kecepatan maksimal jadi penyebabnya.

Rev limiter yang rusak saat dipacu di trek lurus, ujar hasil penyelidikan itu, membuat katup dan piston rusak.

Akselerasi lamban

Ini bukan termasuk kesalahan, melainkan kelemahan yang sifatnya teknis. Akselerasi lamban kerap dikeluhkan pembalap, salah satunya adalah Marquez. Ini ia ungkapkan saat terjatuh di GP Perancis, awal Mei lalu.

Pada tikungan kelima, Marquez terjatuh karena kehilangan kendali terhadap ban depan. Faktor lainnya juga menggunaan kompon keras yang membuat daya cengkeram ban terhadap aspal (grip) lebih lemah.

Selain Marquez, pembalap lain yang pernah mengeluhkan akselerasi adalah Maverick Vinales dari Suzuki, dan Andrea Dovizioso dari Ducati.

Setting ECU

Aleix Espargaro, pembalap Suzuki, pernah mengatakan bahwa masalah teknis utama MotoGP tahun ini bukanlah sasis atau ban sebagaimana yang diyakini banyak orang, melainkan adaptasi setting Electronic Control Unit (ECU).

ECU pada MotoGP, sebagaimana pada kendaraan-kendaraan lain, berfungsi sebagai "otak" motor, yaitu mengendalikan semua komponen injeksi pada kendaraan. ECU juga menerima sinyal jika ada komponen-komponen yang tidak bekerja dengan benar. Di GP musim ini ECU disuplai oleh Magneti Marelli.

Menurut Espargaro, ia mulai sadar bahwa ada masalah di ECU adalah di GP Spanyol, awal Juni lalu. Suzuki GSX-RR nya terus kehilangan tenaga di tikungan. Menurutnya, ECU memotong power dengan sendirinya.

Hal yang sama bahkan dikatakan oleh Wakil Presiden Honda Racing Team, Shuhei Nakatomo. Menurutnya, ECU memang masalah utama yang paling sering dijumpai timnya. Padahal tahun lalu, saat mereka menggunakan ECU sendiri, masalah ini tak terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini