Sukses

Selalu Gunakan Logika dalam Berkendara

Kegiatan berkendara, baik menggunakan mobil atau sepeda motor, merupakan aktifitas yang memiliki risiko kecelakaan yang cukup tinggi

Liputan6.com, Jakarta - Kegiatan berkendara, baik menggunakan mobil atau terlebih sepeda motor, merupakan aktifitas yang memiliki risiko kecelakaan yang cukup tinggi. Tidak hanya bagi pengendara, tapi juga untuk pembonceng atau boncengers.

Seperti yang terjadi baru-baru ini. Seorang perempuan yang sedang dibonceng ojek online, pakaiannya terlilit di gir sepeda motor hingga menyebabkan si wanita tersebut terjatuh. Foto insiden itu viral  di dunia maya.

Dijelaskan Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), dengan tingginya resiko tersebut, sebaiknya saat berkendara selalu gunakan logika.

"Selalu bijak dalam berkendara, baik itu berhubungan dengan fisik atau safety gear yang kita gunakan. Artinya, gunakan pakaian yang sesuai dengan bentuk proposional badan kita, jangan kebesaran apalagi pakaian yang merumbai-rumbai sampai ke bawah," jelas Jusri saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (14/3/2017).

Lebih lanjut Jusri mengatakan, jika memang saat berkendara harus menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan arahan safety riding, sebaiknya si pengguna harus lebih berhati-hati.

"Sebaiknya pakaian yang tidak sesuai badan kita, sebisa mungkin kita ikat agar tidak mengganggu keselamatan diri kita dan tidak menimbulkan efek berbahaya," tambahnya.

Tidak hanya terkait dengan pakaian, begitu juga dengan barang yang dibawa saat berkendara, misalkan tas yang sampai ke bawah. "Itu kan tidak hanya berpotensi masuk ke gir motor, tapi bisa saja ditarik orang. Itu berhubungan dengan faktor keamanan diri kita," terang pria yang hobi naik motor tersebut.

Bicara soal safety gear, driver ojek online selalu menyediakan helm untuk penumpangnya. Namun ada saja penumpang yang menolak untuk mengenakan pelindung kepala itu.

Beragam alasan terlontar, mulai dari helm yang menurutnya bau karena dipakai oleh siapa saja hingga takut rambutnya berantakan. Selain itu, beberapa penumpang juga kerap asyik main handphone. Tentu ini berbahaya karena dirinya akan kesulitan dalam melakukan mengantisipasi jika terjadi kecelakaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tidak Ada Istilah Ladies First

Risiko kecelakaan memang bisa saja terjadi kepada siapa pun, tidak hanya kepada wanita, tapi juga kepada kaum pria yang dinilai lebih terampil untuk urusan berkendara. Namun, pandangan masyarakat terhadap cara berkendara wanita memang lebih negatif.

Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya meme yang menggambarkan cara berkendara wanita yang negatif, seperti sein ke kiri belok ke kanan, atau jika wanita berkendara di jalan tidak pernah salah, dan sebaiknya dihindarkan.

Menurut Jusri, wanita memang lebih berpotensi mengalami kecelakaan ringan, dibandingkan pria yang lebih berpotensi mengalami kecelakaan fatal.

"Karena gaya berkendara pria lebih agresif, lebih lincah, dan lebih memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Tapi kalau wanita lebih pelan, namun lebih banyak mengalami kesalahan-kesalahan," jelas Jusri.

Selain itu, untuk urusan berkendara, wanita biasanya berpeluang membawa perilaku berkendaranya, seperti slow respon, atau lambat merespon sesuatu yang terjadi di sekelilingnya.

"Selain itu, wanita juga kadang membawa perilaku sehari-harinya, seperti istilahnya ladies first atau laki-laki membiarkan wanita melakukan sesuatu lebih dahulu, padahal tidak ada istilah ladies first di jalan raya," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.