Sukses

Kritik Bos Teknologi Soal Mobil LCGC

Mobil low cost green car (LCGC) sedang tumbuh besar di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Mobil low cost green car (LCGC) sedang tumbuh besar di Indonesia. Sepanjang tahun lalu penjualannya sebanyak 228.800 unit, atau tumbuh sebesar 38,3 persen di banding periode yang sama di tahun sebelumnya. Meski begitu ceruk pasarnya masih dikuasai MPV.

Salah satu alasan mengapa mobil ini disukai masyarakat adalah harga yang murah. Saat pertama meluncur beberapa tahun lalu, banyak di antaranya yang dibanderol di bawah Rp 100 juta. Meski sekarang memang harganya semakin mahal karena beragam penyesuaian terhadap kondisi ekonomi.

Menyoal label ramah lingkungan (green car), menurut Alex Pollack, President Honeywell Indonesia, definisi ini problematis. Bahkan ia menyebut ramah lingkungan di sini bukan dalam rangka mengurangi polusi. Honeywell sendiri adalah produsen teknologi global.

"LCGC itu tujuannya hanya untuk irit BBM saja (jarak tempuh jauh per liter), tapi bukan mengurangi polusi. Mesinnya memang kecil, tapi efisiensinya memang belum baik," ujar Alex, dalam konferensi pers di  Kuningan, Jakarta, Kamis (23/3).

Memang, definisi ramah lingkungan LCGC  ditetapkan berdasarkan berapa jarak tempuh yang bisa diraih dalam satu liter bahan bakar. Sementara idealnya, yang dimaksud "ramah lingkungan" adalah mesin yang tak lagi pakai tenaga konvensional. Misalnya, mesin listrik atau hybrid.

Sementara sebagaimana kita tahu, semua mobil LCGC menggunakan bahan bakar konvensional alias masih mengandalkan energi fosil. "Jadi lebih menekankan kepada harga yang murah, bukan mengurangi polusi," tambah Alex lagi.

Alex menambahkan, kecenderungan untuk kurang mempedulikan soal polusi terlihat melalui kualitas mesin yang disebut "rendah". Dengan demikian, produk Indonesia akan sulit untuk dapat bersaing di dunia internasional yang notabene punya standar emisi yang lebih tinggi.

"Di Indonesia buat mesin dengan kualitas rendah. Tapi untuk dalam negeri, sementara ekspor kecil sekali. Standar emisinya juga rendah sehingga sulit untuk ekspor ," tutup Alex, yang sudah tinggal di Indonesia selama lebih dari 20 tahun ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini