Sukses

Mengenang Nasib Bus Legendaris Buatan Amerika di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan angkutan umum seperti bus di Indonesia telah ada sejak masa penjajahan. Pasca kemerdekaan, bus-bus mulai berseliweran diberbagai kota.

Dari sekian banyak armada bus yang ada, PO Sabang Jaya, menjadi perusahaan transportasi yang memiliki sejarah cukup panjang.

PO Sabang Jaya sendiri dimiliki seorang pria yang kini berusia 77 tahun. Namanya Hasan Rusli. Hasan merupakan generasi ke-2 yang mengembangkan usaha tranportasi di Bangka. Sebelumnya armada bus itu dikelola oleh mendiang orang tuanya, Rusli Eddy atau dikenal dengan sebutan Lie Sung Fuk.

Rusly memulai usaha transportasi bus di Pulau Bangka, pada 1951. Selanjutnya perusahaan berkembang dan membuka trayek baru di Pangkalpinang pada 1953.

Menurut Hasan, di tahun 50-an, bisnis sang ayah berkembang. Awalnya hanya bermodalkan satu unit bus, lalu bertambah menjadi 11 unit.  Ini sesuai dengan namanya, Sung berarti ganda, Fuk artinya rejeki, sehingga dibaca rejeki yang berlipat ganda.

Menurut Hasan, bus yang dipakai oleh sang ayah untuk merintis bisnis adalah bus buatan Amerika Serikat, Chevrolet lansiran 1948 – 1953.

Bus legendaris, salah satu bus kayu Chevrolet lansiran 1948 – 1953. (www.haltebus.com)

Berdasarkan buku American Truck Spotter’S Guide 1920–1970 karya Tad Burness, truk Chevrolet saat itu memiliki perbedaan tenaga mesin. Selain besi, bahan baku bus masih menggunakan kayu.

Pada 1948 truk kayu itu mengandalkan mesin bertenaga 90-93 Tenaga kuda (Tk). Berkembang pada 1950, ada tiga varian mesin yang dipakai, yakni 92, 102 dan 105 Tk. Setelah itu, pada 1953 kembali berkembang menjadi 92, 107 dan 108 Tk.

Di masanya, setiap bus kayu menggunakan sasis truk untuk menopang bodi bus. Meski telah disebut bus, namun bagian depan mulai dari bumper hingga kaca masih terlihat seperti truk. Sedangkan sisanya mulai dashboard ke belakang hanya rangka besi.

Bus legendaris, salah satu bus kayu Chevrolet lansiran 1948 – 1953. (www.haltebus.com)

Menurut Hasan, bus milik ayahnya sangat kuat, selain mengangkut penumpang, rak di atap bus juga bisa membawa barang dagangan hingga tas dan oleh-oleh.

“Tenaganya jangan ditanya, badannya besar dan terlihat gagah, lebih besar dari bus sebelumnya,” kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dimakan Zaman

 

Bus kayu terkenal sangat akrab bagi masyarakat di Bangka. Selain PO Sabang Jaya, ada lagi POWNIS (Persatuan Oto-oto Warga Negara Indonesia Sungailiat), lalu GOBU (Gabungan Oto Belinyu).

Karena telah beroperasi lama, bus milik Hasan dikenal dengan masyarakat Bangka dengan sebutan bus Lie Sung Fuk. Namun ada juga yang menyebut bus Sung Fuk, atau disederhanakan jadi bus Simpuk.

Sayangnya bus-bus milik Hasan harus berhenti beroperasi di awal 2000-an, saat kendaraan pribadi mulai banyak bersliweran di Bangka. Saat berhenti beroperasi, Hasan menyatakan, busnya masih dalam keadaan normal, tanpa masalah teknis.

Bus legendaris, salah satu bus kayu Chevrolet lansiran 1948 – 1953. (www.haltebus.com)

Kini, bus-bus itu teronggok di garasi belakang rumahnya dan tersisa 10 unit. Satu unit baru saja terjual Januari lalu, dibeli kolektor mobil kuno asal Bangka.

Kendati dimakan zaman, bus Bangka ini rupanya masih ada yang melestarikannya, yaitu melalui PT Timah (Persero) Tbk. Mereka membuat bus buatan Amerika Serikat itu untuk wisata keliling kota Pangkalpinang.

Jika ada yang ingin mengenang bus kayu Bangka, tinggal mampir Museum Timah Indonesia, pada waktu Sabtu-Minggu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini