Sukses

Sering Dilempari Batu, Bus AKAP Pasang Tameng

Pasang tameng jadi solusi ulah jahil warga yang kerap melempar batu. Tapi di satu sisi, visibilitas sopir menurun.

Liputan6.com, Jakarta - Sudah sering kita dengar kalau banyak bus antarkota antarprovinsi (AKAP) banyak yang menjadi korban pelemparan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Korbannya sudah banyak, baik pengemudi atau penumpangnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut biasanya perusahaan otobus (PO) akan melindungi kaca busnya, terutama bagian depan, dengan benda lebar semacam tameng. Ini menjadikan bus mirip dengan kendaraan polisi untuk menangani huru hara.

Hal ini memang efektif. Batu tidak akan tembus tameng. Kaca juga mustahil pecah. Namun, meski keuntungannya banyak, tidak semua PO menggunakan perangkat tersebut. Biasanya hal ini karena alasan keselamatan dan kenyamanan sopir.

"Manajemen kami memutuskan untuk tidak memasang tameng. Sebab pada dasarnya bus yang menggunakan tameng itu menyiksa pengemudi," ujar Kurnia Lesani Adnan, pemilik PO Siliwangi Antar Nusa (SAN), kepada Liputan6.com, Rabu (14/6/2017).

Untuk diketahui, tameng seperti ini tidak dibuat oleh karoseri. Ia dipasang oleh bengkel garasi, dan tentu tukang las, sehingga bisa saja satu PO punya bus bertameng dan tidak.

Kurnia menyadari aksi-aksi pelemparan seperti ini adalah hal yang tidak bertanggung jawab. Seharusnya, hal tersebut sudah jauh-jauh hari bisa diantisipasi pemerintah, apalagi aksi-aksi vandalis ini sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu.

"Sudah tujuh tahun lalu kami sampaikan ke pihak terkait, tapi tidak ada respons yang tegas," ucap Kurnia.

Untuk mencegah hal itu terjadi kepada para sopirnya, Kurnia mengimbau agar mereka lebih sabar dan dapat lebih mengantisipasi akan situasi di depan. "Dan kami juga menyikapi dengan mematikan lampu seri yang di atas bus itu pada malam hari," tutup Kurnia.

Di kesempatan lain, Wadir Lantas Polda Jawa Timur AKBP M Sabilul Alif mengatakan kalau tahun ini potensi tersebut memang masih ada di wilayah operasinya. Untuk itu, ia mengatakan kalau Polda Jatim bakal melakukan beberapa hal.

"Kalau bus gunakan tim motoris dan kerja sama dengan reskrim untuk menempatkan personil tertutup, apabila menemukan hal tersebut langsung tindakan represif," ujarnya.

Wilayah operasi

PO SAN melayani perjalanan di Jawa dan Sumatera. Beberapa kota tujuan mereka adalah Bengkulu, Pekanbaru, Padang, Solo, dan Yogyakarta. Sepanjang trayek itu, selalu ada wilayah-wilayah "rawan".

Kurnia menyebutkan, kalau di Jawa Tengah, kota-kota yang rawan pelemparan baru adalah Wates sampai Wangon, Purwokerto sampai Tegal, Gringsing hingga Tegal. Sementara Jatim ada di Probolinggo, Paiton, dan Baluran. Di Pantura, ada Juwana sampai dengan Demak dan Tuban, dan Bali di wilayah Negara.

"Jadi sudah tidak di Sumatera saja, sudah di mana-mana kasus seperti ini," tutupnya.

Saksikan Video Menarik Lainnya:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.