Sukses

Mengenal Slipstream di MotoGP

Apa itu slipstream dan mengapa ia punya dua sisi, positif dan negatif?

Liputan6.com, Jakarta - Slipstream. Kata itu jadi populer pasca insiden jebolnya mesin RC213V yang ditunggangi Marc Marquez di GP Inggris, pekan kemarin.

Sebelumnya istilah ini juga sempat diperbincangkan saat Valentino Rossi gagal finis di GP Italia. Populer juga ketika Jorge Loreonzo secara dramatis menyalip Marc Marquez. Semua terjadi di Grand Prix Italia, musim lalu.

Beberapa kejadian tersebut dikaitkan dengan slipstreaming. Tapi sebetulnya, apa itu slipstreaming?

Di laman resmi MotoGP, dilhat Sabtu (2/9/2017), pengertian slipstream lebih merujuk pada gaya balap. Disebutkan bahwa slipstream adalah "mengikuti pembalap lain secara lurus dan menggunakan aliran udara di sekitar dan mesin untuk keuntungan sendiri, dan membangun momentum untuk menyusul mereka di area bertekanan rendah di belakang mereka."

Dari definisi ini, kita bisa menyimpulkan beberapa hal. Pertama, motor yang berada di area slipstream butuh daya lebih sedikit untuk menjaga kecepatan. Kenapa itu bisa terjadi? Sebab udara telah "dipecah" oleh pembalap di depannya.

Daya yang dibutuhkan sebuah motor tanpa slipstream lebih besar, sebab di momen itu juga mesin digunakan untuk "memecah" udara. Memang motor sekelas MotoGP didesain aerodinamis, tapi tetap lebih menguntungkan ketika udara dipecah oleh pembalap lain.

Oleh karena itu, teknik ini penting dalam sebuah balapan. Di trek lurus, akselerasi lebih dapat dilakukan secara maksimal ketika titik startnya dilakukan di area slipstream.

Hukum ini juga berlaku ketika berkendara di jalan biasa. Liputan6.com, pada salah satu test drive, pernah melakukan ini. Mobil dikendarai di belakang truk. Hasilnya, konsumsi bahan bakar lebih rendah ketimbang mobil lain yang tidak melakukan teknik serupa.

Namun slipstreaming tidak hanya menguntungkan. Di momen tertentu, ini bisa jadi bumerang. Ini yang sempat dirasakan Rossi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Rossi

Ketika berada di area slipstream secara terus menerus, sebetulnya mesin tidak bisa mendapat pasokan udara secara maksimal, karena di situ tekanan udaranya rendah. Proses pendinginan mesin pun tidak maksimal, selain udara yang masuk kotor karena bekas pembuangan motor di depan.

Penjelasan ini adalah satu dari sekian penjelasan lain mengapa motor Rossi, Yamaha M1, mengeluarkan asap. Penjelasan lain adalah karena soal kopling.

"Di lap enam, motor mulai bermasalah dan kopling tidak mau terbuka, mungkin karena mesin sudah mulai sedikit seize. Tapi dalam tujuh hingga delapan tikungan, saya sudah ada di belakang Lorenzo lagi karena saya sedikit lebih cepat, tapi setelah itu mesin pecah," ujar Rossi.

Engine seize adalah kondisi di mana beberapa bagian mesin kehilangan pelumas dan antar bagian mesin mulai terkikis, baik karena gesekan, panas, atau kegagalan mekanis lainnya. Kondisi ini akhirnya membuat mesin berhenti berputar.

Menurut laman gasenginemagazine, penyebab engine seize di antaranya adalah karat, panas berlebih, oli tidak bekerja maksimal, hingga adanya benda asing di dalam silinder.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.