Sukses

Pekerja Otomotif Mobil Mewah Minta Pengurangan Jam Kerja, Kenapa?

Serikat pekerja di Jerman ingin jam kerja lebih pendek.

Liputan6.com, Stuttgart - Serikat pekerja di Jerman akan mendesak tuntutan baru dalam periode negosiasi tahunan dengan pengusaha, beberapa bulan lagi. Selain negosiasi besaran upah baru, mereka juga menuntut penurunan jam kerja.

IG Metall, serikat pekerja terbesar di Jerman dengan 2,3 juta anggota, mengatakan bahwa jam kerja yang lebih pendek menguntungkan mereka. Jam sosial yang lebih banyak bisa mereka manfaatkan, misalnya untuk merawat anak-anak dan orangtua.

Beberapa cabang serikat ada di pabrikan besar Jerman seperti Daimler, BMW, Porsche, Volkswagen, dan Audi. Sebagian besar anggota serikat berasal dari merek-merek internasional ini, selain di perusahaan manufaktur umum.

Saat ini para pekerja di Jerman bekerja 35 jam dalam seminggu. Angka ini juga diupayakan serikat yang sama, lebih dari dua dekade yang lalu. Sebelumnya waktu kerja lebih panjang.

Dalam konferensi pers, Presiden IG Metall, Joerg Hofmann mengatakan bahwa upaya mereka ini akan didukung banyak pihak, tidak hanya dari kalangan pekerja. "Isu kami akan mendapat dukungan dari masyarakat," demikian katanya, dikutip dari Reuters.

Untuk saat ini, mereka masih mendiskusikan tuntutan ke semua anggota. Serikat akan merilis daftar tuntutan pada akhir Oktober. Sementara negosiasi dengan pengusaha dimulai November.

Menanggapi ini, pihak penguasa nampaknya tidak sepakat. Oliver Zander, Chief Executive Gesamtmetall, asosiasi pengusaha Jerman, mengatakan bahwa untuk saat ini, justru yang dibutuhkan adalah lebih banyak waktu untuk bekerja.

"Mengurangi jam kerja sekarang bisa jadi masalah, terutama bagi perusahaan kecil," terangnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Enam Jam

Di tempat lain, malah jam kerja yang lebih pendek telah diterapkan.

Dikutip dari CNN, Toyota Gothenburg, Swedia, di divisi service center sejak 2002 lalu menerapkan 6 jam kerja untuk tiap shift, tetapi dengan bayaran 8 jam kerja.

Menariknya jam kerja yang berkurang tersebut justru menghasilkan peningkatan produktivitas para pekerja. Selain itu, jumlah pekerja yang sakit juga menurun.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut salah satu pekerja, jam kerja yang lebih pendek membuat mereka jadi jarang beristirahat, hanya sekira 10 - 15 menit saja. Waktu istirahat yang lebih singkat itu tersebut membuat produktivitas naik.

"Waktu kerja yang lebih pendek membuat mesin lebih efisien dan modal yang lebih rendah. Semua orang senang," ujar Managing Director, Martin Banck kepada Guardian.

Martin menambahkan, saat jam kerja masih 8 jam, banyak konsumen protes karena pelayanan lamban, sementara pekerjanya sendiri stres dan membuat mereka banyak melakukan kesalahan. Keuntungan Toyota juga naik 25 persen karena kebijakan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.