Sukses

Begini Cara Mengencangkan Busi yang Benar

Mengencangkan busi tidak boleh sembarangan. Begini caranya yang benar.

Liputan6.com, Jakarta - Busi kerap dituduh sebagai biang kerok saat kendaraan mogok. Padahal mogoknya kendaraan tidak melulu disebabkan oleh busi.

Seperti diketahui, busi merupakan salah satu komponen vital kendaraan. Pasalnya, part tersebut berhubungan langsung dengan pengapian.

Mesin tidak akan berjalan tanpa produksi percikan api yang baik. Busi yang berkualitas menjadi salah satu faktor penting dalam produksi bunga api.

Selain pemilik kendaraan wajib memilih busi yang baik dan sesuai anjuran pabrikan, mereka pun tidak boleh melupakan proses pemasangannya. Hal itu disebabkan oleh perbedaan torsi pengencangan dari setiap varian busi.

Menurut Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia, torsi pengencangan busi tergantung pada ulir, sehingga tiap busi putarannya berbeda-beda.

Misalnya, kata dia, busi baru NGK dengan diameter ulir 18 mm dan 14 mm, maka pemasangannya setengah sampai dua pertiga putaran atau 180-240 derajat. Sedangkan busi dengan diameter ulir 12 mm dan 10 mm adalah setengah putaran atau 180 derajat. Sementara busi dengan ulir 8 mm torsi pengencangannya sepertiga putaran.

“Jika semuanya pernah dipakai, maka putarannya cukup 30 derajat saja,” kata Diko. “Jadi begini, ukuran gasket kan standarnya 2 mm, dan rata-rata range pengencangan ideal antara 1.5-1.8mm. Kalau mau pembuktian bisa dilakuin trial saja dari proses seperti yang saya jelaskan”.

Pemasangan busi tidak boleh dipaksakan, dalam artian jangan terlalu kencang atau kendur. Apalagi jika ulir busi sudah rusak, terus dipaksa dipakai lagi. Pemaksaan tersebut dikhawatirkan akan membentuk ulir baru, sehingga sulit dipasang dan dicopot.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Pemaksaan busi juga berdampak pada ulir silinder head. Dalam banyak kasus, ulir busi yang kalah, bahkan bisa patah dan tertinggal di dalam.

“Jadi (ulir) tergantung mana bahan yang lemah, drat busi apa silindernya. Dua-duanya pernah ada kejadian yang saya temui. Tetapi rata-rata busi-nya yang kalah," pungkas Diko.

Sebaliknya, jika pemasangannya tidak kencang atau kendor, menyebabkan busi bergoyang-goyang (ratle) pada saat kena vibrasi mesin, juga memberi pengaruh terhadap kelancaran pengapian. "Ini efeknya transfer panas yang dibuang busi kurang optimal, titik pengapian bergeser,” beber Diko.

Ulir busi yang rusak diakibatkan pemasangan dalam posisi miring dan kerusakan metal shell akibat torsi pengencangan yang berlebihan. Penyebab lainnya ialah insulator yang retak karena kunci pas busi tergelincir atau digunakan pada satu sudut.

“Jadi saat mau pasang, jangan langsung menggunakan kunci busi, mulai lah memasang dengan tangan lebih dulu. Lalu kencangan sesuai dengan torsi yang direkomendasikan. Biar tidak tergelincir saat masang, saya sarankan pakai kunci pas tipe hex yang tidak akan tergelincir saat dipakai,” tutup Diko.

Sumber: Otosia.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.