Sukses

Gaya Nyetir Pengaruhi Konsumsi BBM

Pemborosan BBM tak hanya dipengaruhi oleh faktor teknis kondisi mesin dan kondisi jalanan, tetapi juga dipengaruhi oleh gaya kita mengemudi.

Liputan6.com, Jakarta: Kemacetan lalu lintas di kota Jakarta, tak hanya menghabiskan tenaga dan kesabaran kita, tetapi juga menghabiskan energi alias BBM. Selain faktor teknis mesin, pemborosan BBM juga sangat tergantung pada cara kita mengemudi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghemat pemakaian BBM, tak hanya untuk pengemudi di Jakarta, tetapi dimanapun.

1. Jangan injak pedal gas secara tiba-tiba
Sebaiknya Anda menginjak pedal gas dengan stabil dan bertahap. Jika pedal gas diinjak secara tiba-tiba, otomatis bahan bakar yang akan dihisap ke ruang bakar juga semakin banyak. Sementara, pada saat itu putaran mesin masih rendah. Akibatnya tidak semua bahan bakar yang masuk ke ruang mesin terbakar. Ini yang disebut dengan pemborosan. Karena, bahan bakar yang masuk tidak keluar dalam bentuk tenaga, tetapi ikut terbuang lewat knalpot.

2. Mengemudilah dengan smooth
Selain menginjak pedal gas dengan stabil, sebaiknya kurangi juga frekwensi pengereman. Saat menghadapi lampu merah tidak perlu menggeber gas, biarkan mobil meluncur kerena harus berhenti. Kurangi frekwensi menggeber gas lalu mengerem. Tindakan ini merupakan langkah pembuangan energi yang sia-sia.

3. Manfaatkan Engine Brake
Saat meluncur atau menurun, persneling jangan diposisikan pada neutral. Selain berbahaya, efek engine brake terbukti lebih menghemat BBM daripada mesin pada posisi stasioner.

4. Kenali RPM Mesin
Salah satu cara membuat konsumsi BBM yang efisien adalah melakukan pergantian gigi (transmisi) yang tepat, yaitu pada saat mesin mencapai torsi maksimum (momen maksimum).

Pemindahan gigi ketika mobil tengah membutuhkan torsi (daya dorong) yang besar, sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan keterangan mengenai moment maximum (torsi maximum) masing-masing mobil (biasanya dalam satuan kgm/rpm). Apabila kendaraan sudah bergerak (tidak memerlukan daya dorong), paling efisien bila melaju dengan RPM di antara 2.500 s/d 3.500 dan dengan gigi tertinggi.

Contoh, data teknis pada manual book tertulis torque maximum: 200Nm/3.750rpm. Ini berarti momen tertinggi sebesar 200Nm terjadi pada saat mesin berputar sebanyak 3.750 per menit. Pada contoh ini, berarti sebaiknya kita melakukan perpindahan gigi ketika rpm menunjukkan kisaran angka 3.750. Angka RPM dapat dilihat di tachometer yang berada pada dashboard mobil.

Angka RPM di tachometer amat penting diperhatikan. Untuk mengefektifkan konsumsi BBM, saat melaju di jalan pertahankanlah putaran mesin pada kisaran torsi maksimum tersebut. Karena, pada saat itulah suplai BBM sangat sesuai dengan output yang dihasilkan mesin.

Satu kebiasaan yang seringkali dilupakan pengendara adalah tidak segera menyesuaikan gigi persneling setelah kecepatan menurun (deselerasi). Setelah berlari kencang lalu tiba-tiba mengerem mendadak, sebaiknya juga mengoper gigi perseneling ke posisi lebih rendah.

5. Ukur HC dan CO
Boros atau tidaknya konsumsi bahan bakar juga ditentukan oleh komponen-komponen mesin. Komponen mesin yang sudah banyak mengalami keausan / kerusakan bisa menyebabkan proses pembakaran tidak sempurna. Untuk mendeteksinya, periksa emisi gas buang. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan nilai HC (hidrokarbon) dan CO (karbonmonoksida) terlalu tinggi, ini pertanda pembakaran di ruang bakar tidak sempurna (banyak bahan bakar terbuang percuma).

6. Beban dan Penggerak
Faktor lain yang menentukan konsumsi bahan bakar adalah beban dan penggerak (pendorong kendaraan). Semakin berat beban yang harus diangkut, konsumsinya juga akan semakin besar. Yang dimaksud penggerak diantaranya: kopling, bearing (roda), kopel (propeler shaft), as roda, dan roda.

Bila komponen-komponen ini aus atau rusak, akan menyebabkan hilangnya tenaga yang dihasilkan oleh mesin untuk mendorong mobil melaju. Sementara, konsumsi bahan bakarnya tetap besar. Terkait dengan roda, penggunaan ban dan velg besar, termasuk juga faktor yang mempengaruhi konsumsi bbm.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah perawatan kendaraan. Jangan memanaskan mobil terlalu lama, maksimum 2 menit saja. Warming-up mesin selama 30 menit, sama artinya dengan terjebak macet selama 30 menit juga.Mintalah bengkel melakukan setting timing yang tepat sesuai dengan jenis bahan bakar yang dipakai. Titik pengapian terlalu maju atau mundur mengakibatkan boros BBM. Selain itu, rajinlah membersihkan saringan udara (bisa dilakukan sendiri) per 2.500 km atau tergantung kondisi. Selamat mencoba. (manualbookmobil.com/mla)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini