Liputan6.com, Johannesburg - Carjacking atau pembajakan mobil adalah salah satu kejahatan yang sering menimpa pemilik mobil. Secara umum, terminologi ini merujuk pada fenomena pengambilan paksa sebuah mobil saat ada pengemudi di dalamnya.
Melansir Listverse, Sabtu (10/10/2015), istilah itu sendiri pertama kali digunakan pada 1991 oleh harian The Detroit News. Saat itu, dilaporkan pengemudi bernama Ruth Wahl meninggal dunia karena menolak menyerahkan mobil Suzukinya.
Dijelaskan, meskipun diperkenalkan di surat kabar Amerika Serikat (AS), tetapi carjacking tertinggi ada di Afrika Selatan, di mana tingkat pembajakannya lebih tinggi 18 kali lipat dari AS.
Untuk mengatasi masalah ini, polisi Afsel membuat unit khusus. Seringkali, konfrontasi dengan penjahat itu berakhir dengan baku tembak.
Saat mulai semakin merajalela, beberapa pabrikan menciptakan perangkat yang memungkinkan pengendara untuk mempertahankan mobil mereka. Salah satunya adalah Blaster. Diperkenalkan pada 1998, alat ini bisa menyemburkan api.
Menurut penemunya, Charl Fourie, alat ini tidak akan membunuh orang, tapi mungkin secara permanen bisa membutakan mata mereka.
Melihat risiko yang mungkin ditimbulkan, pencegah carjacking ini berhenti produksi beberapa tahun kemudian, meskipun peredarannya legal. Namun begitu, Blaster masih banyak beredar di pasar gelap dengan harga yang lumayan tinggi.
(rio/gst)
Apa itu Carjacking?
Istilah pembajakan mobil atau Carjacking pertama kali digunakan pada 1991 oleh harian The Detroit News.
Advertisement